Rabu, 27 Oktober 2010

MAHASISWA, INTELEKTUALISME DAN ANARKISME

Sangat banyak fakta sejarah mendeskripsikan betapa Mahasiswa memiliki peran penting mengubah sejarah kebangsaan dan perjalanan reformasi dalam konstalasi bangsa dan Negara. Ya, Mahasiswa adalah sosok istimewa dari masa kemasa, baik di Negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia.
Fakta membuktikan bahwa Mahasiswa-lah yang mempelopori Revolusi 1956 di Hongaria. Gelombang demo anti perang 1962 – 1970 di Eropa dan Amerika Serikat memaksa Presiden Richard Nixon menarik pasukan dari Vietnam dan Kamboja. Revolusi Iran pun pada tahun 1979 berawal dari demo di Kampus-kampus
Mahasiswa sebagai salah satu gerakan moral berperan penting sebagai pelopor perubahan di tanah air. Oleh karena itu, wajar jika sepak terjang Mahasiswa selalu dijadikan tolak ukur dalam setiap geliat perubahan yang terjadi hampir di seluruh Negara.
Di Indonesia, sebut saja gerakan angkatan 66, gerakan ini adalah awal kebangkitan Gerakan Mahasiswa secara Nasional, dimana sebelumnya gerakan-gerakan Mahasiswa masih bersifat Kedaerahan. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung Mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesa).
Kemudian, gerakan Mahasiswa angkatan 1972 menolak produk Jepang dan Sinisme terhadap warga keturunan. Gerakan angkatan ini dikenal dengan terjadinya peristiwa Malari (Malapetaka lima belas Januari)
Selanjutnya, gerakan Mahasiswa era 90-an mencuat dengan agenda Reformasi-nya yang mencapai klimaksnya pada 1998. kala itu, Mahasiswa mendapat simpati dan dukungan yang luar biasa dari rakyat yang berhasil menumbangkan Orde Baru dengan ditandai lengsernya kekuasaan 32 tahun Soeharto dari kursi Kepresidenan.
Sejalan dengan perputaran waktu, ruh pergerakan dan perjuangan tokoh Mahasiswa dahulu seperti zaman Soe Hok Gie, Arif Budiman, hingga aktifis 98 dan kini kelihatannya telah mengalami pergeseran nilai.
Aksi Mahasiswa yang dahulunya berupa pergerakan yang Intelek, Analitis dan mengedepankan Nalar Positif, saat ini Mahasiswa sering dimanfaatkan sebagai alat permainan isu dan Management konflik oleh pihak yang berkepentingan dan kerap berakhir dengan tindakan Anarkis.
Kerusuhan Mahasiswa yang sering terjadi di beberapa daerah memperlihatkan betapa Mahasiswa masih mudah dimanfaatkan untuk kepentingan politik praktis dan tindakan Anarki antar Mahasiswa yang sering dipertontonkan adalah kenyataan Riil dari potret Mahasiswa kita saat ini.
Gerakan Mahasiswa tidak lagi merumuskan Isu-isu yang bersifat kerakyatan yang membela Kepentingan Masyarakat banyak. Sejatinya, Mahasiswa sebagai Organ Intelektual senantiasa mengaktualisasikan segenap pemikirannya untuk suatu hal positif yang fungsinya sebagai Agent of Change, Sosial Control dan Man of Analize sepantasnya melakukan gerakan melalui metode yang lebih cerdas dan intelek.
Hari-hari belakangan ini, aksi Mahasiswa sedang dalam sorotan di berbagai Media Nasional. Anarkisme seolah menjadi Opini Publik yang menjadi ciri setiap Mahasiswa yang sedang berunjuk rasa.
Aksi tawuran dan demonstrasi Mahasiswa, baik itu antara Mahasiswa dengan aparat Keamanan, dengan warga ataupun antar Mahasiswa itu sendiri yang tidak hanya adu fisik dan argument, aksi demokrasi kerap berakhir anarkis, pemblokiran jalan umum, pengrusakan fasilitas umum bahkan tidak jarang menelan korban jiwa.
Aksi unjuk rasa itu sendiri tidak salah karena ia merupakan perwujudan dari kehendak untuk mengeluarkan pendapat yang dilindungi Undang-undang. Tapi perbuatan yang bersifat Anarkis mestinya dihidari.
Aksi dan pergerakan yang diwarnai dengan Konfrontasi fisik dan menyudutkan pergerakan Mahasiswa dan menimbulkan Stigma negative akan gerakan Mahasiswa. Stigma negative yang dilengketkan kepada gerakan Mahasiswa tersebut menghancurkan tatanan ideal yang menjadi karakter Mahasiswa itu sendiri.
Sejatinya, gerakan Mahasiswa adalah sebuah perjuangan untuk kepentingan rakyat, namun penutupan jalan dan pengerusakan fasilitas umum jelas akan merubah persepsi masyarakat yang awalnya menganggap Mahasiswa sebagai Komunitas Intelek menjadi Komunitas pelaku Kriminlitas dan tindakan keonaran.
Selain itu, kekhawatiran akibat seringnya aksi anarkis terjadi di berbagai daerah Indonesia yang dikenal memiliki budaya yang arif dan suka menghargai orang lain, hal itu juga dirasakan terhadap sendi-sendi pemerintahan seperti investasi dan kegiatan pariwisata.
Oleh karena itu, tawuran mahasiswa harus menjadi PR serius bagi dunia pendidikan, karena perilaku tawuran seperti ini akan terus berlangsung sepanjang hal ini tidak ditangani secara komprehensif, dan pada satu sisi akan menunjukkan ambruknya sistem dunia pendidikan.
Peran lembaga pendidikan sangat diperlukan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh mahasiswa dari dunia perguruan tinggi dengan bisnis utama pendidikan dan penelitian menjadi sangat penting bagi kita semua, utamanya bagi generasi mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar